Sibolga, Antara Kenangan dan Keindahan

Nama Sibolga mungkin sudah tidak asing lagi kedengarannya bagi warga Sumatra khususnya di Sumatra Utara, tapi bagi warga di luar Pulau Sumatra tidak banyak yang mengetahui kota kecil yang indah alam pemandangannya ini. Kota Sibolga merupakan salah satu kota di Sumatera Utara. Letaknya di pantai barat Pulau Sumatera dan berada di dalam kawasan Teluk Tapian Nauli. Kota mungil ini hanya memiliki luas sekitar 35,36 kilometer persegi. Letaknya 350 km dari Medan, ibukota Sumatera Utara. Kota Sibolga dijuluki "Negeri Berbilang Kaum" karena menaungi beragam suku etnis di negara kepulauan ini. Dan uniknya walau pun warga Sibolga terdiri dari beraneka suku tapi mereka semua memakai bahasa Sibolga pesisir sebagai bahasa sehari-hari mereka. Jadi jangan heran bila anda menemukan disana ada etnis Chinese yang fasih bahasa Minang Melayu.
Orang luar tahunya etnis Sibolga adalah etnis Batak. Ini tidak sepenuhnya benar. Bisa benar bisa juga tidak. Karena Sibolga itu mempunyai dua budaya yaitu Budaya Batak dan Budaya Melayu (Pesisir). Etnis Sibolga memang termasuk dalam rumpun suku Batak (Tapanuli), tepatnya di Tapanuli Tengah. Tapi Sobat tidak akan menemukan simbol-simbol budaya Batak seperti di Tanah Batak umumnya, ketika memasuki kota ini. Bahasa daerah mereka sehari-hari menggunakan bahasa Minang dengan dialek Melayu Pesisir. Kesenian mereka pun sangat mirip dengan budaya Minangkabau. Sampai ke masakan khas mereka yang juga mirip dengan masakan Minang. Kok bisa begitu? Begini sejarahnya:

Pakaian Khas Tradisional Sibolga Pesisir
Penduduk Sibolga memang berasal dari suku Batak. Tapi suku Batak Sibolga ini terdiri dari dua kelompok. Kelompok pertama yaitu komunitas etnis Batak yang tinggal di daerah pesisir, etnis ini dinamakan Batak Pasisi (baca: Batak Pesisir). Kelompok kedua yaitu etnis Batak yang menetap di dataran pegunungan, etnis ini dinamakan Batak Silindung/Toba.
Etnis Batak Pasisi Sibolga
Batak Pasisi ini terbentuk dari interaksi berabad-abad lamanya dari kaum Minang dan Melayu. Etnis ini bermukim di pesisir pantai Barat Sumatera Utara yang dalam kesehariannya menggunakan bahasa Melayu Pesisir Barat (Mirip bahasa Minang). Mereka hidup berdampingan dengan bermacam Kaum. Tetapi lebih dominan hidup bersama Puak Minang dan Puak Melayu. Dalam perjalanannya masyarakat Batak Pasisi pun menyerap agama Islam dalam kebudayaan mereka serta membentuk budaya baru tersendiri, yaitu budaya Melayu Pesisir. Etnis inilah yang mayoritas menetap di kota Sibolga atau daerah pesisir. Batak Pasisi ini sudah meninggalkan kebudayaan Batak leluhur dan menggantinya dengan kebudayaan Melayu hingga saat ini.
Etnis Batak Silindung Sibolga
Suku ini mendiami sebagian besar Kabupaten Tapanuli Tengah khususnya wilayah pegunungan dan sebagian kecil Kabupaten Tapanuli Utara. Awalnya suku ini hasil dari interaksi antara suku Batak Toba, Silindung dan Humbang dengan wilayah pesisir Tapanuli untuk menukarkan hasil pertanian mereka dengan hasil laut masyarakat Batak Pasisi. Seiring berjalannya waktu, suku Batak Sibolga ini bermigrasi lebih dekat ke pesisir untuk memudahkan kegiatan pertukaran hasil pertanian mereka dengan hasil laut.
Akibat interaksi yang rutin dengan masyarakat Batak Pasisi yang sudah berabad-abad terpengaruh adat dan bahasa Melayu Pesisir dan Minangkabau, sehingga masyarakat Batak inipun sedikit terpengaruh dengan adat serta bahasa Batak Pasisi. Bahasa mereka memang bahasa Batak, tapi dialegnya mirip dialeg Pesisir. Etnis ini tetap pada adat istiadat lamanya yaitu Batak Toba/Silindung walaupun terdapat sedikit pengaruh bahasa suku Batak Pasisi.
Pada akhirnya mayoritas suku Batak Sibolga yang menetap di pegununungan lebih memeluk agama Kristen, sedangkan mayoritas etnis di daerah Pesisir (Kota) memeluk agama Islam. Alhamdulillah bila Sobat berkunjung ke kota Sibolga, Sobat tidak akan kesulitan untuk beribadah ke Mesjid, karena banyak mesjid berdiri di kota kecil ini.

Kesenian Suku Batak Silindung Sibolga

Kesenian Sikambang Sibolga Pesisir

Kota Sibolga
Sibolga memang kota yang indah, walau tak seluas dan semegah kota Medan, tapi Kota Sibolga ini bersih, teratur, tidak semrawut dan bising seperti di Medan. Dan yang paling tak terlupakan adalah makanan khasnya, muuantap, enak-enak, lamak bana taraso

Karena kota ini kecil jika Sobat berkunjung kesana dan ingin mengitari seluruh kota Sibolga ini, maka Sobat tak usah membuang-buang biaya untuk membayar ongkos becak. Cukup Sobat jalan kaki dengan santai bersama teman/saudara sambil menikmati indahnya pemandangan pegunungan dan tepi pantai, berjalan santai tentu tak terasa letihnya. Kalau ada sepeda gunung sih lebih mantap.
Sibolga memang tak kalah dengan Bali yang selalu dibangga-banggakan oleh NKRI ini. Kalau di Bali pantainya berpasir putih, pantai Sibolga juga memiliki pantai yang indah dan berpasir putih dengan lautnya yang biru dan jernih serta pulau-pulau kecil yang ada disekitarnya.
Kota Sibolga ini dipagari oleh pulau-pulau kecil yang berjejer seolah benteng yang menghadang. Masih ingat ketika peristiwa gempa di Nias? Getarannya menyebabkan Tsunami, tapi kota Sibolga terlindungi karena terjangan ombak Tsunami terpecah di pulau-pulau kecil tersebut sebelum sampai ke daratan Sibolga. Pulau-pulau tersebut bernama: pulau Poncan Gadang, Pulau Poncan Ketek, Pulau Sarudik, Pulau Panjang, Pulau Putri, Pulau Situngkus, Pulau Mursala. Diantara sekian pulau, ada sebuah pulau yang bernama pulau Mursala dimana disana terdapat air terjun yang curahannya airnya langsung jatuh ke laut. Wah keren ga tuh


Air Terjun Pulau Mursala

Pulau Poncan
Kota Sibolga merupakan tempat favoritku. Aku tak pernah bosan jika selalu berkunjung kesana. Bagiku kota Sibolga itu tidak saja indah, tapi kota ini adalah merupakan kenangan tersendiri bagiku, bagi kami sekeluarga, karena kota ini adalah tempat kelahiran kedua orang tuaku . Walau ku tak dilahirkan dan dibesarkan di kota tersebut tapi kenangan saat kami masih kanak-kanak ketika saat pulang ke Sibolga bersama kedua orang tua kami, terutama sosok yang kusebut Ayah (semoga Allah Ta'ala merahmati Beliau).
Sibolga.. kampung ayah umak ambo tacinto, kampung nan indak kan talupo dari ingatan. Takanang samaso ketek basamo ayah dan umak. Lah jauh jalan di tampuh, lah banyak tampek dipijak, kok kota ko, indak juo bisa hilang di fikiran...
(Berbagai sumber dan pengalaman sendiri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar