counter

Minggu, 01 Februari 2015

Menikmati Kawasan Wisata Tapanuli Tengah



13657761811111477775
Bandara FL Tobing Tapanuli Tengah
Horas Tapteng !!! Sapaan khas ini akan terucap dan semakin populer ketika Raja Bonaran Situmeang,SH,MH menjabat Bupati Tapanuli Tengah dan H. Sukran Jamilan Tanjung, SE menjabat Wakil Bupati Tapanuli Tengah (Tapteng) Periode 2011-2016. Masyarakat Tapteng semakin akrab dengan sapaan ini. Berbicara tentang wisata pantai, di Sumatera Utara (Sumut) ada banyak daerah tujuan wisata pantai yang menarik, Tapteng dan Sibolga menjadi salah satu tujuan wisata menarik bagi pencinta keindahan alam terutama bagi yang hobi dengan keindahan alam bawah laut.
Mendapat kesempatan berkunjung kembali ke Tapteng dan Sibolga rasanya sangat menyenangkan. Kerinduan untuk menikmati hembusan angin di tepi pantai langsung terobati ketika penulis sudah berada di ruang tunggu Bandara Polonia Medan. Sebenarnya, tujuan utama ke Tapteng dan Sibolga adalah mengadakan bakti sosial penyerahan kaki dan tangan pengganti oleh YSKI bagi penyandang cacat di Tapteng yang sudah diukur beberapa waktu lalu.
Ada dua pilihan untuk sampai ke Tapteng dan Sibolga. Kalau melalui jalan darat, jarak tempuh perjalanan dari Medan – Tapteng bisa mencapai 8 atau 12 jam. Sementara kalau menggunakan moda transportasi udara, jarak tempuh akan semakin singkat (sekitar 50 sampai 55 menit). Tinggal pilih, lewat darat atau lewat udara.
Dengan menaiki pesawat Wings Air dan duduk disamping jendela pesawat. Tak berapa lama setelah take off dari Polonia, ketika pandangan penulis menoleh ke luar jendela dan ke arah bawah, terlihat keindahan alam Danau Toba serta Pulau Samosir yang ada di tengah danau. Puas dengan pemandangan danau, pesawat terus melaju dan pemandangan dibawah sudah berubah. Hamparan air laut yang terlihat tenang dari ketinggian semakin meyakinkan penulis tentang betapa hebatnya ciptaan Tuhan itu. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin terlihat jelas dari ketinggian.
Mendarat di Bandar Udara Dr. Ferdinand Lumban Tobing – Tapteng, tak banyak yang berubah dengan bandara ini setelah empat tahun lalu penulis memiliki kesempatan mengunjungi Tapteng dan Sibolga. Perjalanan dari bandara menuju kota Pandan sebagai ibukota Tapanuli Tengah, terlintas di benak saya bahwa Tapteng saat ini telah banyak berubah dengan terus berbenah terutama dalam membenahi kawasan-kawasan wisata yang diharapkan mampu menggairahkan perekonomian masyarakat terutama yang tinggal di sepanjang pantai Tapteng.
13657764881636386160
Naik Motor Menuju Pulau-Pulau di Kawasan Wisata Tapteng
Dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Tapanuli Tengah yang ke-67 (24 Agustus lalu), Pemerintah Kabupaten Tapteng menggelar acara besar bertajuk ”Pesta Kenduri Laut” sebagai salah satu upaya melestarikan upacara tradisional nelayan di Tapteng. Acara ini diagendakan akan digelar setiap tahunnya.
Tapteng yang terletak di pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera dengan panjang garis pantai 200 km dan wilayahnya sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian lainnya di pulau-pulau kecil dengan luas wilayah 6.194,98 km² memiliki daerah tujuan wisata yang sangat menarik. Hanya saja, Pemkab Tapteng belum maksimal dalam mengelola dan membenahi kawasan-kawasan wisata menarik di Tapteng. Infrastruktur (jalan) menuju kawasan wisata perlu dibenahi. Permasalahan infrastruktur ini diakui Bupati Tapteng Raja Bonaran Situmeang menjadi salah satu kendala dalam pengembangan sebuah kawasan wisata di Tapteng.
Dalam sebuah pertemuan dengan Bupati Tapteng di Pandan, Raja Bonaran Situmeang menegaskan bahwa Pemkab Tapteng sampai hari ini masih terus berbenah dan melakukan perubahan-perubahan untuk mewujudkan Tapteng sebagai negeri wisata sejuta pesona. Untuk mewujudkan ini, sarana dan prasarana serta infrastruktur pendukung terus dibenahi terutama jalan dan jembatan.
“Kami saat ini tengah konsentrasi mengangkat sektor pariwisata unggulan di Tapteng dengan berbagai program dan acara. Promosi wisata sampai ke manca negara juga sudah dilakukan. Selain itu, Pemkab Tapteng juga serius untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai lokomotif utama pertumbuhan dan pengembangan ekonomi daerah,” tandasnya.
Tapteng yang berada di wilayah barat Provinsi Sumut dan berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia memiliki sejumlah objek wisata bahari dan objek wisata sejarah.
Objek wisata itu antara lain air terjun di Pulau Mursala, Pantai Kalangan, Pantai Kahona, Pantai Binasi, Pulau Unggas, Pulau Putih atau Pulau Putri, serta makam-makam bersejarah di Kecamatan Barus.
Khusus dalam rangka meningkatkan jumlah wisatawan ke daerah itu, Pemkab Tapteng bekerja sama dengan sektor swasta akan terus melakukan berbagai promosi, di antaranya menggelar pesta budaya, hiburan dan festival bernuansa wisata serta pameran-pameran produk wisata Tapteng.
Pulau Mursala sebagai salah satu kawasan wisata andalan Tapteng, letaknya hanya memakan waktu perjalanan selama 2 jam dengan perahu, bisa mengantar Anda dari dermaga yang ada di pesisir Kabupaten Pandan, Sibolga. Harga tidak akan jadi masalah karena perahu ini memasang tarif carter mulai dari Rp1,5 juta sampai Rp. 2 juta. Beberapa ratus meter menuju pesisir pantai Mursala, Anda sudah disuguhi pemandangan bawah laut yang cukup mempesona.
Salah seorang pengunjung Pantai Pandan, Delfini yang juga berdekatan dengan Hotel Bumi Asih tempat kami menginap mengatakan kalau potensi pariwisata di daerah ini dibenahi akan bisa meningkatkan arus kunjungan wisatawan dan secara bertahap akan memberikan keuntungan secara ekonomi bagi daerah dan masyarakat di sekitar kawasan wisata.
“Hanya saja, Pemkab Tapteng harus menata kawasan wisata sedemikian rupa agar tidak mengganggu keindahan pantai dan bisa menyelamatkan lingkungan pantai,” paparnya.
Kawasan wisata pantai di Tapteng sering dikunjungi wisatawan lokal terutama pada hari Minggu dan hari libur sekolah. Pengawasan pantai ini masih belum maksimal, sampah masih berserakan dimana-mana. Selain dibutuhkan kesadaran para pengunjung, masalah sampah pantai juga bisa diatasi dengan keseriusan Pemkab dalam mengatasinya.

Sibolga, Antara Kenangan dan Keindahan

sibolga

Nama Sibolga mungkin sudah tidak asing lagi kedengarannya bagi warga Sumatra khususnya di Sumatra Utara, tapi bagi warga di luar Pulau Sumatra tidak banyak yang mengetahui kota kecil yang indah alam pemandangannya ini. Kota Sibolga merupakan salah satu kota di Sumatera Utara. Letaknya di pantai barat Pulau Sumatera dan berada di dalam kawasan Teluk Tapian Nauli. Kota mungil ini hanya memiliki luas sekitar 35,36 kilometer persegi. Letaknya 350 km dari Medan, ibukota Sumatera Utara. Kota Sibolga dijuluki "Negeri Berbilang Kaum" karena menaungi beragam suku etnis di negara kepulauan ini. Dan uniknya walau pun warga Sibolga terdiri dari beraneka suku tapi mereka semua memakai bahasa Sibolga pesisir sebagai bahasa sehari-hari mereka. Jadi jangan heran bila anda menemukan disana ada etnis Chinese yang fasih bahasa Minang Melayu.

Orang luar tahunya etnis Sibolga adalah etnis Batak. Ini tidak sepenuhnya benar. Bisa benar bisa juga tidak. Karena Sibolga itu mempunyai dua budaya yaitu Budaya Batak dan Budaya Melayu (Pesisir). Etnis Sibolga memang termasuk dalam rumpun suku Batak (Tapanuli), tepatnya di Tapanuli Tengah. Tapi Sobat tidak akan menemukan simbol-simbol budaya Batak seperti di Tanah Batak umumnya, ketika memasuki kota ini. Bahasa daerah mereka sehari-hari menggunakan bahasa Minang dengan dialek Melayu Pesisir. Kesenian mereka pun sangat mirip dengan budaya Minangkabau. Sampai ke masakan khas mereka yang juga mirip dengan masakan Minang. Kok bisa begitu? Begini sejarahnya:

busana Sibolga
Pakaian Khas Tradisional Sibolga Pesisir

Penduduk Sibolga memang berasal dari suku Batak. Tapi suku Batak Sibolga ini terdiri dari dua kelompok. Kelompok pertama yaitu komunitas etnis Batak yang tinggal di daerah pesisir, etnis ini dinamakan Batak Pasisi (baca: Batak Pesisir). Kelompok kedua yaitu etnis Batak yang menetap di dataran pegunungan, etnis ini dinamakan Batak Silindung/Toba.

Etnis Batak Pasisi Sibolga

Batak Pasisi ini terbentuk dari interaksi berabad-abad lamanya dari kaum Minang dan Melayu. Etnis ini bermukim di pesisir pantai Barat Sumatera Utara yang dalam kesehariannya menggunakan bahasa Melayu Pesisir Barat (Mirip bahasa Minang). Mereka hidup berdampingan dengan bermacam Kaum. Tetapi lebih dominan hidup bersama Puak Minang dan Puak Melayu. Dalam perjalanannya masyarakat Batak Pasisi pun menyerap agama Islam dalam kebudayaan mereka serta membentuk budaya baru tersendiri, yaitu budaya Melayu Pesisir. Etnis inilah yang mayoritas menetap di kota Sibolga atau daerah pesisir. Batak Pasisi ini sudah meninggalkan kebudayaan Batak leluhur dan menggantinya dengan kebudayaan Melayu hingga saat ini.

Etnis Batak Silindung Sibolga

Suku ini mendiami sebagian besar Kabupaten Tapanuli Tengah khususnya wilayah pegunungan dan sebagian kecil Kabupaten Tapanuli Utara. Awalnya suku ini hasil dari interaksi antara suku Batak Toba, Silindung dan Humbang dengan wilayah pesisir Tapanuli untuk menukarkan hasil pertanian mereka dengan hasil laut masyarakat Batak Pasisi. Seiring berjalannya waktu, suku Batak Sibolga ini bermigrasi lebih dekat ke pesisir untuk memudahkan kegiatan pertukaran hasil pertanian mereka dengan hasil laut.

Akibat interaksi yang rutin dengan masyarakat Batak Pasisi yang sudah berabad-abad terpengaruh adat dan bahasa Melayu Pesisir dan Minangkabau, sehingga masyarakat Batak inipun sedikit terpengaruh dengan adat serta bahasa Batak Pasisi. Bahasa mereka memang bahasa Batak, tapi dialegnya mirip dialeg Pesisir. Etnis ini tetap pada adat istiadat lamanya yaitu Batak Toba/Silindung walaupun terdapat sedikit pengaruh bahasa suku Batak Pasisi.

Pada akhirnya mayoritas suku Batak Sibolga yang menetap di pegununungan lebih memeluk agama Kristen, sedangkan mayoritas etnis di daerah Pesisir (Kota) memeluk agama Islam. Alhamdulillah bila Sobat berkunjung ke kota Sibolga, Sobat tidak akan kesulitan untuk beribadah ke Mesjid, karena banyak mesjid berdiri di kota kecil ini.

kesenian Suku Batak Silindung Sibolga
Kesenian Suku Batak Silindung Sibolga

kesenian Sikambang
Kesenian Sikambang Sibolga Pesisir

kota Sibolga
Kota Sibolga

Sibolga memang kota yang indah, walau tak seluas dan semegah kota Medan, tapi Kota Sibolga ini bersih, teratur, tidak semrawut dan bising seperti di Medan. Dan yang paling tak terlupakan adalah makanan khasnya, muuantap, enak-enak, lamak bana taraso biggrin. Ga percaya, silakan dibuktikan, datang berkunjung ke Sibolga.

Karena kota ini kecil jika Sobat berkunjung kesana dan ingin mengitari seluruh kota Sibolga ini, maka Sobat tak usah membuang-buang biaya untuk membayar ongkos becak. Cukup Sobat jalan kaki dengan santai bersama teman/saudara sambil menikmati indahnya pemandangan pegunungan dan tepi pantai, berjalan santai tentu tak terasa letihnya. Kalau ada sepeda gunung sih lebih mantap.

Sibolga memang tak kalah dengan Bali yang selalu dibangga-banggakan oleh NKRI ini. Kalau di Bali pantainya berpasir putih, pantai Sibolga juga memiliki pantai yang indah dan berpasir putih dengan lautnya yang biru dan jernih serta pulau-pulau kecil yang ada disekitarnya.

Kota Sibolga ini dipagari oleh pulau-pulau kecil yang berjejer seolah benteng yang menghadang. Masih ingat ketika peristiwa gempa di Nias? Getarannya menyebabkan Tsunami, tapi kota Sibolga terlindungi karena terjangan ombak Tsunami terpecah di pulau-pulau kecil tersebut sebelum sampai ke daratan Sibolga. Pulau-pulau tersebut bernama: pulau Poncan Gadang, Pulau Poncan Ketek, Pulau Sarudik, Pulau Panjang, Pulau Putri, Pulau Situngkus, Pulau Mursala. Diantara sekian pulau, ada sebuah pulau yang bernama pulau Mursala dimana disana terdapat air terjun yang curahannya airnya langsung jatuh ke laut. Wah keren ga tuh biggrin. Pokoknya indah dan eksotis lah, emang Bali doang yang punya keindahan? Hehe..

pulau Mursala
Air Terjun Pulau Mursala

pulau Poncan
Pulau Poncan

Kota Sibolga merupakan tempat favoritku. Aku tak pernah bosan jika selalu berkunjung kesana. Bagiku kota Sibolga itu tidak saja indah, tapi kota ini adalah merupakan kenangan tersendiri bagiku, bagi kami sekeluarga, karena kota ini adalah tempat kelahiran kedua orang tuaku . Walau ku tak dilahirkan dan dibesarkan di kota tersebut tapi kenangan saat kami masih kanak-kanak ketika saat pulang ke Sibolga bersama kedua orang tua kami, terutama sosok yang kusebut Ayah (semoga Allah Ta'ala merahmati Beliau).

Sibolga.. kampung ayah umak ambo tacinto, kampung nan indak kan talupo dari ingatan. Takanang samaso ketek basamo ayah dan umak. Lah jauh jalan di tampuh, lah banyak tampek dipijak, kok kota ko, indak juo bisa hilang di fikiran...

(Berbagai sumber dan pengalaman sendiri)

Pulau Poncan Gadang – Sibolga


Pulau Poncan Gadang merupakan salah satu tempat objek wisata yang cukup terkenal di Kota Sibolga, karena memiliki lokasi memancing dan tempat menyelam bagi wisatawan lokal dan mancanegara.
Pulau Poncan itu dulunya tempat persembunyian bagi tentera Jepang dan juga memiliki goa yang cukup panjang, namun tidak pernah dimasuki masyarakat.

Pulau Poncan itu jaraknya sekitar lebih kurang3 mil dari pantai Sibolga atau 364 Km arah timur Kota Medan. Misnal mengatakan, Pulau Poncan itu tidak hanya ramaidikunjungi pada Idul Fitri, tetapi juga pada hari-hari biasa maupun hari Minggu.
Warga yang mengunjungi lokasi pulau itu, tidak hanya melihat pantainya yang indah atau penginapan yang ada tempat itu, melainkan juga untuk mandi dan berenang di pinggir pantai.
Apalagi, katanya, air laut di pulau itu juga sangat jernih dan belum tercemar, sehingga para pengunjung merasa senang berendam sembari melihat keindahan terumbu karang yang terdapat di dasar laut.

Bahkan, wisatawan mancanegara seperti dari Belanda, Australia, Inggris, Malaysia, Singapura dan negara-negara Eropa lainnya sangat menyukai Pulau Poncan Gadang. 
Selain itu, mereka juga senang memancing,berenang, menyelam menyaksikan keindahan panorama alam dasar laut yang dihuni berbagai jenis ikan dan biota laut. “Keindahan Pulau Poncan Gadang itu, tidak kalah dengan keindahan di Pantai Bunaken, di Manado dan daerah lainnya.

Sementara wisatawan nusantara yang sering berkunjung ke Poncan Gadang, berasal dari Sibolga, Padang Sidempuan, Medan, Jakarta, dan Surabaya. Poncan Gadang itu dapat ditempuh dengan menggunakan kapal kecil, selam lebih kurang satu jam dari Pelabuhan Samudera Sibolga.
Biasanya, warga yang ingin pergi ke Pulau Poncan Gadang itu, menggunakan kapal pukat cincin yang sedang nongkrong di gudang-gudang tangkapan ikan yang ada di Pelabuhan Sambas Sibolga. “Ongkos kapal ke Pulau Poncan Gadang itu bervariasi, yakni Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per orang,” (wisatatanahair.com)